MOTIVASI KEPEMIMPINAN

ARTIKEL

DEFINISI KESALAHAN
Kesalahan seorang yang bijaksana menciptakan sebuah aturan, melebihi dari kesempurnaan si pandir.
(William Blake)

Tujuan dari bab ini adalah untuk mendefinisikan pola-pola kunci dari kesalahan sehingga kita dapat berpikir jernih dan memahami pengertian Analisis Kesalahan dengan tepat, bagaimana perbedaan dari masing-masing pola, dan bagaimana hubungan satu sama lain.

Ketidaktahuan (Ignorance)
Kajian tentang pengetahuan disebut epistemologi. Orang yang ahli dalam lapangan teoritis tentang pemerolehan bahasa dan teori sintaktis disebut epistemologis, lebih khusus lagi epistemologis bahasa. Mereka mengkaji tentang kealamiahan dan pengembangan pengetahuan bahasa manusia dan menuliskannya. Ini yang kemudian kita kenal dengan nama tata bahasa (grammars). Analisis kesalahan berada pada sisi lain dari persamaan ini, yaitu kajian tentang linguistik ketidaktahuan. Linguistik ketidaktahuan adalah investigasi tentang apa yang tidak diketahui oleh manusia dan bagaimana mereka berusaha untuk mengatasi ketidaktahuan mereka. Penanggulangan ini merupakan dimensi penghubung antara analisis kesalahan dan kajian tentang strategi-strategi pembelajar. (Faerch dan Kasper: 1983). Strategi pembelajar umumnya terbagi ke dalam dua jenis yaitu: strategi belajar dan strategi lomunikasi.
Ketidaktahuan pembelajar tentang bahasa target dapat diungkapkan dalam empat kategori, yaitu:
1. Grammaticallity (tata bahasa)
2. Acceptability (keberterimaan)
3. Correctness (ketepatan)
4. Strangeness (keasingan) dan infelicity (kejanggalan)

Grammaticallity
Grammaticallity adalah sinonim dari well-formedness (bentuk yang sesuai/baku). Ini adalah grammar (bukan kamu atau saya) yang menentukan apakah sesuatu yang dikatakan seorang pelajar itu merupakan grammatikal. Grammar (tata bahasa) mendasari keputusan tentang kasus perdebatan gramatikal pada prinsip-prinsip yang dikutip dari observasi kasus-kasus tertentu. Ketertarikan pada grammatikalitas adalah sebuah usaha untuk menjadi objektif, juga untuk mengambil keputusan seperti apakah beberapa bagian bahasa keliru atau tidak keluar dari batasan perilaku manusia. Jadi, jika kita dapat menunjukkan sedikit bagian bahasa dan mengatakan bahwa tidak ada keadaan yang dapat dibicarakan dalam metode ini, maka kita dihadapkan dengan ungrammatikalitas. Alasannya adalah ungrammatikalitas bebas konteks sehingga penilaian tentang garamatikalitas sebuah kalimat tidak ditarik kepada konteks. Masalah utama dalam penggunaan grammatikalitas sebagai sebuah petunjuk referensi adalah bahwa perbedaan tata bahasa akan melahirkan perbedaan ketentuan mengenai garis batas kasus/peristiwa.
Menurut Lyons indikator terbaik pada ketidakberterimaan gramatikal adalah corrigibility (pembenaran). Namun tes ini dalam pelaksanaannya menemui kesulitan. Pertama, adanya fakta bahwa beberapa kalimat yang tidak mengikuti kaidah tata bahasa sangat tidak beraturan dan itu tidak dapat dibenarkan. Kedua, adanya masalah-masalah yang berkaitan dengan fonologi terutama masalah pelafalan. Kita dapat memperbaikinya namun apakah salah pelafalan ini termasuk ungrammatikal. Ketiga, berkaitan dengan semantik dan kolokasional anomalis (penyimpangan susunan) seperti pada the milk turned *rotten (susu menjadi *basi) atau A *flock of elephants (se*kawanan gajah). Kedua contoh ini bukanlah masalah ungrammatikal,, tapi ‘lokal’ dan bahkan terkadang menjadi pola unik yang menentukan apakah gabungan kata tersebut natural.

Acceptabilitas (keberterimaan)
Ini bukanlah sebuah teori akan tetapi merupakan sebuah pemikiran praktis, yang ditentukan oleh penggunaan atau kegunaan dalam bentuk pertanyaan, atau sebagaimana diungkapkan Beaugrande dan Dressler, ini dilaksanakan dengan ‘prosedur-prosedur aktualisasi’. Dengan kata lain, ketika faktor-faktor non-linguistik menghalang-halangi sebuah bentuk, kita sebut ini adalah unacceptabilitas (ketidakberterimaan). Walaupun penutur asli yang menentukan apakah sebuah ujaran gramatikal atau tidak, tetapi pengguna bahasalah yang menentukan apakah ujaran tersebut dapat diterima atau tidak. Ada kalanya sebuah ujaran tidak dapat diterima jika mengabaikan gramatikalnya, gramatikal merupakan prasyarat bagi keberterimaan. Lyon mengatakan bahwa ujaran yang dapat diterima adalah sesuatu yang telah dibuat oleh penutur asli berdasarkan konteks yang sesuai dan dapat diterima oleh penutur asli yang lain sebagai hubungan timbal balik berbahasa. Corigibilitas adalah kriteria gramatikalitas, di mana penggunaan secara de facto dan unproblematisitas merupakan tes untuk menentukan akseptabilitas.
Untuk menentukan apakah keberterimaan ini merupakan bagian dari bahasa maka kita merujuk bukan pada aturan melainkan pada konteksnya.
Contoh: Pele (the Brazillian footballer) wore a green dress.

Kalimat ini betul jika kita melihatnya dari sisi gramatikal atau jika dia (Pele) sedang mengikuti perayaan karnaval kota Rio de Jeneiro. Namun, pembelajar yang mengatakannya merujuk pada konteks Pele sedang bermain sepak bola, dan “dress” (baju) disini diartikan dengan “shirt” (kaos) merupakan kesalahan akseptabilitas.
Manakala kesalahan itu hanya dinyatakan dengan mengacu pada konteks atau wacana yang lebih luas, dunia nyata, ini dikenal dengan covert error (kesalahan yang tersembunyi). Covert error sebuah istilah yang diperkenalkan dalam EA oleh Corder yaitu ujaran yang secara dangkal merupakan bentuk baku, tapi tidak sesuai dengan tujuannya, dan dibenarkan oleh kesempatan/situasi.
Medgeys membuat hubungan antara covert dan overt error, dan juga membagi strategi pembelajar menjadi dua jenis, yaitu strategi pencapaian (Achievement strategy) dan strategi reduksi (reductional strategy). Strategi pencapaian melibatkan pembelajar menemukan cara-cara alternatif untuk mengungkapkan tujuan mereka dalam menghadapi penemuan yang mereka kurang pahami, sedangkan strategi reduksi melibatkan keputusan untuk berbicara lebih sedikit dari biasanya, semenjak seseorang kekurangan maksud untuk mengatakan semua yang diinginkannya. Medgeys berpendapat bahwa kesalahan-kesalahan yang dihasilkan dari strategi pencapaian persebaran pembelajar akan dapat dengan mudah dideteksi dan dipresentasikan dengan jelas, karena pembelajar masih tidak ingin mengganggu, lebih memilih semua risiko dalam mendapatkan pesan mereka dengan tujuan apapun. Sebaliknya, pelajar yang menggunakan strategi reduksi akan terlihat melakukan sedikit kesalahan. Namun ini tergantung pada apa yang pembelajar tersebut pilih untuk menghindari bentuk tertentu atau makna tertentu.

Hubungan antara akseptabilitas dan gramatikalitas.
Menurut Lyons (1977) ada empat kemungkinan hubungan antara keduanya dalam kalimat, yaitu:
1. Grammatical and acceptable sentence. (+Grammatical (GR) +Acceptable (ACC)).
2. Ungrammatical and unacceptable sentence (-GR –ACC)
3. Grammatical and unacceptable sentence (+GR –ACC). (Borsley: 1991). Contoh:
The horse raced past the barn fell. (Kuda berpacu melewati gudang yang runtuh).
4. Ungrammatical and acceptable sentence (-GR +ACC). (Borsley: 1991). Contoh:
He is a ? not unintelligent person. (Dia adalah seorang yang pintar).

Menurut Lyons ungrammatical adalah salah satu penyebab ketidakberterimaan dan ada delapan hal penyebab-penyebab yang lainnya, yaitu:
1. Kesalahan memasangkan makna konteks.
2. Keganjilan, sifat ganjil yang diungkapkan dalam gagasan, atau menunjukkan pada situasi yang tidak dapat dibayangkan.
3. Cara yang tidak biasa untuk menunjukkan situasi yang bermakna.
4. Mencemooh kata bersusun biasa.
5. Pembuatan tata bahasa atau susunan fonology yang tidak biasa.
6. Pembuatan hard to process sintaktik atau fonologi kompleks.
7. Keseimbangan bagian kalimat yang membingungkan.
8. Pelanggaran aturan yang tidak terlalu banyak aturan-aturan alami kebahasaan tetapi telah disandingkan ke dalam bahasa oleh ahli bahasa.

Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa gramatikalitas berkaitan erat dengan tatabahasa atau kode, ketidakberaturan berkaitan dengan kalimat, dan ketidakberterimaan berkaitan dengan ujaran. Beugrade dan Dressler (1981) memandang perbedaan antara gramatikal dan keberterimaan merupakan hal yang penting. Mereka mengemukakan bahwa keberterimaan merupakan sebuah sifat yang dimiliki oleh teks, dan berkaitan dengan apakah teks tersebut dapat diterima penggunaannya, dan juga berkaitan dengan kemampuan penerima untuk memahami instruksi-instruksi operasional. Oleh karena itu, mereka mensinonimkan arti keberterimaan ini dengan prosesabilitas.

Ketepatan (Correctness)
Ketepatan biasanya digunakan untuk membedakan gramatikalitas dari akseptabilitas dalam istilah kompetensi Chomsky disebut perbuatan yang kontras (performance contrast). Radford, misalnya, menyebut ketidakberterimaan dengan istilah ‘nosi perbuatan’ (a performance notion). Sebagai seorang pakar tata bahasa, Radford memberikan prioritas pada kompetensi dan gramatikalitas, dan menyayangkan adanya faktor-faktor yang tidak berhubungan mengganggu kompetensi alami penutur asli. Contoh gangguan ini misalkan dalam kalimat Who did you meet at the zoo? Dalam kalimat ini kata ‘who’ seharusnya menggunakan kata ‘whom’, namun para penutur asli sendiri kadang selalu menggunakan ‘who’ dan jarang sekali menggunakan ‘whom’. Pola yang disajikan untuk menunjukkan standar ketentuan yang normatif ini disebut dengan ketepatan (correctness). Ujaran yang dapat diterima secara spontan, dan digunakan secara pasti oleh penutur aslinya disebut dengan akseptable (acceptable).

Keganjilan (Strangeness) dan Kejanggalan (Infelicities)
Allerton (1990) mendeskripsikan ada beberapa jenis keganjilan linguistik berdasarkan gabungan kata, yaitu:
1. Inherently strange (Keganjilan yang tidak terpisahkan). Contohnya fax dan glasnost (glisten).
2. Semantically disharmonious combinations (Penggabungan kata yang disharmonis (janggal) secara semantik) atau disebut juga dengan anomalis. Contohnya kursi panas.
3. simple ungrammatically (Ketidakberaturan sederhana). Contohnya pada kalimat The man *which came enjoyed *to talk.
4. Locutional deviance (Penyimpangan dalam cara mengungkapkan perasaan atau pikiran). Contoh: He was listening *at me when I *put the statement.

Kesalahan pada level pragmatic disebut infelisitas. Menurut Austin (1992) ada empat macam infelisitas (misfires), yaitu:
1. Gap; kesalahan yang muncul ketika pembicara kekurangan perbendaharaan kata B2 ketika ingin berbicara.
2. Misapplication; kesalahan yang muncul ketika kegiatan berbicara dilakukan dengan benar namun terhadap orang yang salah, pada maksud yang tidak sesuai, atau pada keadaan yang salah.
3. Flaw; kesalahan yang muncul ketika bahasa yang tepat digunakan pada orang yang tepat dan situasi yang sesuai namun pelaksanaan kebahasaannya tidak sempurna.
4. Hitch; kesalahan yang muncul ketika pelaksanaan kegiatan berbicara terpotong sedikit.





Kesalahan (Error) dan Kekeliruan (Mistake)
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk itu, pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita membahas tentang kesalahan berbahasa. Faktor kesengajaan (intensionalitas) merupakan peran penentu dalam mengartikan kesalahan. Kesalahan terjadi hanya ketika ada ketidaksengajaan dalam melakukan sesuatu. Suatu hal tidak dapat dikatakan sebagai kesalahan yang disengaja kalau hal tersebut belum tetap.
Taylor (1986) berpendapat bahwa satu-satunya cara kita dapat menentukan secara logis apakah kekeliruan itu sebuah slip atau betul-betul sebuah kesalahan adalah dengan cara merujuk pada tujuan struktural (cara mengungkapkan) dan semantik (yang ingin dikatakan) si penulis.
Menurut Lyons dengan korigibilitas yang menjadi penyebab ketidakberatuan tata bahasa berasumsi bahwa mistake (kekeliruan) terjadi manakala pembelajar cenderung dapat memperbaiki kesalahannya (fault) tersebut. Namun jika dia tidak dapat memperbaikinya, maka itulah yang disebutnya dengan error (kesalahan).
Corder (1974) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:

1) Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.

2) Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3) Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2).
Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar. Burt dan Kiparsky tidak membedakan kesalahan berbahasa, tetapi dia menyebut “goof” untuk kesalahan berbahasa, yakni: kalimat-kalimat atau tuturan yang mengandung kesalahan, “gooficon” untuk menyebut jenis kesalahan (sifat kesalahan) dari kegramatikaan atau tata bahasa, sedangkan “goofing” adalah penyebutan terhadap seluruh kesalahan tersebut, goof dan gooficon. Menurut Huda (1981), kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua disebut kekhilafan (error).
Edge (1989), seorang penulis yang berusaha memperkaya dan memanusiakan pandangan kita tentang kesalahan pembelajar, berpendapat bahwa mistake merupakan istilah ummum untuk semua kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar. Dia membagi kesalahan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Slip; kesalahan yang disebabkan oleh masalah proses atau kecerobohan. Contoh: He had been *their for several days.
2. Error; bentuk kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembelajar bahkan walaupun kesalahan mereka itu ditunjukkan.
3. Attempt; sebuah contoh yang hampir tidak dapat mencakup keseluruhan, seperti: This, no really, for always my time, and then I happy. Namun pembelajar dengan jelas tidak tahu bagaimana cara menggunakan bentuk yang benar.

Hammerly (1991) berpendapat bahwa status penyimpangan pembelajar ini merupakan penyimpangan bahasa dalam konteks pembelajaran formal di dalam kelas yang dikaitkan dengan perintah yang sistematis. Hammerly mengklasifikasikan penyimpangan tersebut ke dalam dua kategori, yaitu distorsi dan fault.
Distorsi (mistake) merupakan penyimpangan yang tidak dapat dihindari dan dibutuhkan. Kesalahan ini terjadi walaupun bentuk bahasa sasaran tersebut telah diketahui dan seharusnya diabaikan oleh guru, serta ini terjadi sebagai awal pengenalan struktur agar digunakan lebih bermakna. Sedangkan fault, menurut Hammerly, adalah penyimpangan yang terjadi ketika pembelajar berusaha melewati kesulitan dari apa yang telah dipelajari, dan mengungkapkan pikirannya secara bebas dengan menggunakan struktur bahasa yang belum mereka pelajari.
Bagi Burt dan Kiparsky (1972) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Goof merupakan kata yang diambil dari nama salah satu karakter Walt Disney. Goof pada pembahasan ini berarti suatu kesalahan siswa yang cenderung terjadi dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, yakni tidak ada kesalahan yang tersirat.
Dalam bukunya James lebih memperjelas klasifikasi penyimpanyan ini menjadi empat jenis, yaitu:
1. Slip; kesalahan yang disebabkan tergelincirnya lidah atau pena, atau bahkan jari-jari tangan pada keyboard, dapat dengan cepat dideteksi dan diperbaiki sendiri tanpa bantuan orang lain (editor).
2. Mistake; kesalahan yang hanya dapat diperbaiki oleh pemandunya jika penyimpangannya diluar kemampuannya.
3. Error; kesalahan yang tidak dapat diperbaiki sendiri sampai pada input (implisit atau eksplisit) faktor-faktor yang lebih detail (tentang kesalahan yang terjadi) yang telah disediakan dan diubah oleh pembelajar. Kesalahan ini memerlukan pelaksanaan pembelajaran yang relevan sebelum dapat dikoreksi sendiri.
4. Solecism; kesalahan yang disebabkan oleh pelanggaran aturan ketepatan seperti ketentuan ahli bahasa dan biasanya diajarkan disekolah. Contohnya seperti pembagian infinitif dan dangling participle.

Huda (1981) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Adapun Tarigan (1997) menyebutnya dengan istilah “kesalahan berbahasa”.
Kekhilafan (error), menurut Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu “dosa/kesalahan” yang harus dihindari dan dampaknya harus dibatasi, tetapi kehadiran kekhilafan itu tidak dapat dihindari dalam pembelajaran bahasa kedua. Ditegaskan oleh Dulay, Burt maupun Richard (1979), kekhilafan akan selalu muncul betapa pun usaha pencegahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar bahasa tanpa melakukan kekhilafan (kesalahan) berbahasa. Menurut temuan kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap anak yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua (B2) selalu membangun bahasa melalui proses kreativitas. Jadi, kekhilafan adalah hasil atau implikasi dari kreativitas, bukan suatu kesalahan berbahasa. Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa) dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Hal itu merupakan implikasi logis dari proses pembentukan kreatif siswa (anak).
Hendrickson dalam Nurhadi (1990) menyimpulkan bahwa kekhilafan berbahasa bukanlah sesuatu yang semata-mata harus dihindari, melainkan sesuatu yang perlu dipelajari. Dengan mempelajari kekhilafan minimal ada 3 (tiga) informasi yang akan diperoleh guru (pengajar) bahasa, yakni: 1) kekhilafan berguna untuk umpan balik (feedback), yakni tentang seberapa jauh jarak yang harus ditempuh oleh anak untuk sampai kepada tujuan serta hal apa (materi) yang masih harus dipelajari oleh anak (siswa); 2) kekhilafan berguna sebagai data/fakta empiris untuk peneliti atau penelitian tentang bagaimana seseorang memperoleh dan mempelajari bahasa; 3) kekhilafan berguna sebagai masukan (input), bahwa kekhilafan adalah hal yang tidak terhindarkan dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa, dan merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh anak untuk pemerolehan bahasanya (Corder; Richard, 1975). Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa.

Kesalahan: Kekeliruan dan Pemerolehan: Pengajaran – sebuah persamaan
Pembahasan ini setidaknya menjelaskan pertanyaan tentang sejauh mana hubungan dikotomi error/mistake dengan perbedaan pemerolehan/pembelajaran Krashen (1982). Ada empat kemungkinan pernyataan yang bisa diketahui (James, 1994b):
1. –Acquire –Learnt: jika seseorang tidak memperoleh atau mempelajari sebuah bentuk TL yang harus diterapkannya saat ini, maka hasilnya akan error.
2. +Acquire –Learnt: jika pembelajar memperoleh aturan TL, dan juga tidak dalam keadaan tidak tahu, maka hasilnya bukan error melainkan mistake.
3. –Acquired +Learnt: anda akan membuat kesalahan, tetapi dapat memperbaiki atau menghindari kesalahan dengan melibatkan pembelajaran pengetahuan bahasa TL secara eksplisit.
4. +Acquired +Learnt: jika seorang pembelajar mendapatkan pemerolehan dan pembelajaran tentang bentuk TL khusus maka pembelajar itu dipersilahkan memproduksi ujaran, hasilnya kemungkinan akan benar, meskipun ada mistake akan dapat diperbaikinya. Ini yang dinamakan memiliki Language Awareness (kesadaran berbahasa).


Lapsologi
Lapsologi adalah kajian tentang slip bahasa yang dilakukan oleh penutur asli, dan telah menjadi penelitian mengenai pemeliharaan ketertarikan psikologis pada bagaimana bahasa itu disimpan dan diproses dalam otak manusia normal, merupakan konsekuensi klinis ketika mekanisme ini menyimpang.
Baars (1992) mengatakan bahwa slip terbagi menjadi ‘good’ dan ‘bad’ slip. Berkaitan dengan slip, Mackay (1992) menyebutnya dengan ‘three puzzles’. Pertama adalah puzzle kesadaran (puzzle awareness) yang menjelaskan bagaimana penataan pembicara dalam membuat penyesuaian sensitif-konteks secara tidak sadar menjadi lebih baik. Kedua, puzzle praktek (practice puzzle) yang menanyakan alasan mengapa terdapat pengaruh tingginya slip pada hampir setiap level praktek bahasa (fonologi) dan rendahnya slip pada grammar atau kebalikannya. Jenis terakhir adalah puzzle deteksi yang menanyakan mengapa kita hampir selalu melakukan slip pada level bahasa (pelafalan) yang kurang kita sadari.

Kesimpulan





Wise Word About Love

S I N O P S I S
Mudah-mudahn bermanfaat karena kita hidup tidak terlepas dari cinta.

Kata-kata bijak tentang CINTA.
1. Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya,sebab keelokan paras
dapat menyesatkan.Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan
dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum,
karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.

2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga
ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata.

3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat
kamu ingin pergi.Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya
memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk
melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati,
cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat,kesedihan yang cukup untuk
mebuatmu manusiawi,pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia
dan uang yang cukup untuk membeli segala keperluanmu.

5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.
Tetapi acap kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup
sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

6. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai
kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa
yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

7. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain.Apabila hal itu
menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hari orang lain
pula.

8. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata
yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan
pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat
menyembuhkan dan memberkahi.

9. Orang-orang yang paling berbahagiapun tidak selalu memiliki hal-hal
terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang
hadir dalam idupnya.

10. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah
sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana
berterimakasih atas karunia itu.

11. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang,sejam untuk
menyukai seseorang, dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi
diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

12. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis,mereka yang disakiti
hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka
itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam
hidup mereka.

13. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa,gairah,romantika dan masih tetap
perduli padanya.

14. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang ang
sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian
adanya dan kamu harus melepaskannya.

15. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan
berakhir dengan tetesan air mata.

16. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah
dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati,
kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.

17. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi
lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki
keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.

18. Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan.
Kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan
kegagalan Dan sakit hati di masa lalu.

19. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba,
jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup,jangan pernah
mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat
melupakannya.

20. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan
membalas cintamu. Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta
berkembang di hatinya, tetapi jika tidak,berbahagialah karena cinta tumbuh
di hatimu.

21. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu
dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian,
janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya
dengan sepenuh hati.

22. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang- orang disekelilingmu
tersenyum. Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu
tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.